Rabu, 17 Juni 2009

15.089 Siswa SMA Jatim Tidak Lulus Unas

Dunia pendidikan Jatim berduka menyusul jebloknya hasil Ujian Nasional (Unas) tahun ajaran 2008/2009 ini. Dalam pengumuman hasil Unas siswa SMA/MA/SMK yang disampaikan Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim, Sabtu (13/6) sore, diketahui bahwa angka ketidaklulusan atau siswa gagal Unas tahun ini meningkat lebih 1 persen dibanding tahun sebelumnya.

Tahun ajaran 2007/2008, Unas SMA/MA (Madrasah Aliyah) diikuti oleh 196.198 siswa. Dari jumlah tersebut, siswa gagal Unas mencapai 6.018 atau 3,07 persen. Dan pada tahun ajaran 2008/2009 ini, dari 203.508 peserta Unas, yang tidak lulus membengkak, menjadi sebanyak 8.915 siswa atau 4,38 persen.

Kondisi yang sama juga terjadi pada siswa SMK. Dari 109.331 siswa yang ikut Unas pada tahun ajaran 2007/2008, yang gagal berjumlah 4.047 siswa atau 3,12 persen. Jumlah tersebut membengkak pada Unas tahun ini, dari 112.562 peserta Unas SMK, yang tidak lulus sebanyak 6.174 siswa atau 5,48 persen. Dengan demikian, dari total 316.070 siswa SMA/MA/SMK peserta Unas 2008/2009, yang tidak lulus sebanyak 15.089 siswa.

Jika dirinci, angka ketidaklulusan siswa di Jatim banyak disumbangkan oleh siswa MA jurusan IPS dan SMA jurusan Bahasa. Untuk MA IPS, dari 39.295 peserta, yang gagal mencapai 2.753 siswa (7 persen). Sementara dari 3.316 siswa SMA Bahasa yang jadi peserta Unas, yang tidak lulus mencapai 224 siswa (6,75 persen).

Setelah itu disusul MA Bahasa. Yakni dari 3.692 peserta Unas, yang gagal 242 (6,55 persen). Lalu SMA IPS, dari 73.353 peserta, yang tidak lulus 3.401 (4,64 persen). Lantas MA IPA, dari 14.774, yang gagal 648 (4,38 persen). Dan SMA IPA, dari 69.047 peserta, yang tidak lulus 1.636 (2,37 persen).

Hasil Unas tahun ini juga menegaskan telah berubahnya peta dunia pendidikan menengah di Jatim. Siswa di Surabaya dan Kota Malang kembali dikalahkan dalam meraih keunggulan, oleh para siswa dari daerah. Padahal, di masa lalu dua kota tersebut menjadi patokan dalam mengukur tingkat kemajuan pendidikan di Jatim. Sebab, sebelumnya SMA/MA di Kota Surabaya dan Malang selalu menempatkan banyak siswa/siswi mereka dalam daftar 10 besar peraih nilai Unas tertinggi.

Kali ini, dalam daftar 10 besar peraih nilai Unas tertinggi, tidak terdapat satu pun nama siswa/siswi dari SMA/MA di Surabaya dan Malang. Berdasar nilai rata-rata hasil Unas SMA untuk tiap program, peringkat Surabaya dan Kota Malang kalah jauh dibanding peringkat yang berhasil diraih oleh daerah-daerah lain.

Untuk program IPA, nilai rata-rata tertinggi diraih oleh Kota Pasuruan (8,48), Kota Probolinggo (8,37), dan Kabupaten Pasuruan (8,35). Sementara Surabaya hanya berada di urutan 25 dengan nilai rata-rata 7,98.
Malahan, untuk rata-rata nilai hasil Unas ini, yang dicapai Kota Malang lebih ironis. Ia harus puas di posisi 36 dari 38 kabupaten/kota di Jatim dengan nilai rata-rata 7,51.

Pada program IPS, nilai rata-rata tertinggi diraih Lamongan (7,92), lantas Kabupaten Pasuruan (7,87), dan Kota Pasuruan (7,81). Surabaya hanya berada di urutan 20 dengan nilai rata-rata 7,49, dan Kota Malang lagi-lagi terpaku di posisi 36 dengan nilai rata-rata 6,97.

Dan untuk program Bahasa, nilai rata-rata tertinggi diraih Kabupaten Probolinggo (8,29), Gresik (7,96), dan Kabupaten Mojokerto (7,91). Dan lagi-lagi Surabaya terpaku di urutan 21 dengan nilai rata-rata 7,14, sedangkan Kota Malang di posisi 22 dengan nilai rata-rata 7,09.

Harus Introspeksi
Kepala Dinas Pendidikan Jatim, Suwanto mengakui meningkatnya jumlah siswa yang gagal Unas pada tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya. “Faktanya memang demikian. Ya harus diterima,” tegasnya kepada wartawan, usai memberikan pengarahan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota se-Jatim, Sabtu (13/6).

Suwanto berharap, jebloknya nilai Unas tersebut menjadi bahan instrospeksi bagi semua pihak, mulai siswa, orangtua, sekolah, dan dinas pendidikan terkait agar kejadian yang sama tidak terulang pada Unas tahun berikutnya. “Ke depan, hasil Unas harus lebih baik lagi,” harapnya.

Sementara itu, Dinas Pendidikan dari 38 kabupaten/kota kemarin mengambil hasil Unas SMA/MA/SMK untuk daerahnya masing-masing. Setelah menerima hasil Unas, tiap Dinas Pendidikan diminta mencocokkannya dengan hasil ujian akhir sekolah (UAS) siswa. Ini dilakukan untuk menentukan siswa dinyatakan lulus atau tidak.

Mungkin terjadi bahwa siswa yang dinyatakan lulus Unas, tenyata UAS-nya gagal. Kalau ini yang terjadi, siswa akan dinyatakan tidak lulus sekolah dan harus mengulang alias ikut ujian kejar paket C atau penyetaraan.

“Makanya verifikasi harus dilakukan secepatnya. Selesai itu, Senin (15/6) nanti hasilnya harus diumumkan ke siswa. Dan ketika mengumumkan tidak boleh ada pengumpulan massa,” tukas Suwanto, yang mantan Kepala Dinas Infokom Jatim ini.

Untuk siswa/siswi dengan nilai total Unas tertinggi, pada program IPA, peringkat pertama diraih Ayin Bia Yufita dari SMAN 1 Blitar dengan 57,17; kedua oleh Dani Hardianto dari SMAN 1 Kota Kediri dengan nilai 57,10, dan peringkat ketiga Dwi Nur Ahsan Fikri dari SMAN 2 Lamongan dengan nilai 57,05.

Untuk program IPS, peringkat pertama diraih Dewi Maulidiyah dari SMAN 1 Pandaan dengan nilai 54,75; kedua Thoriqul Achmad dari SMAN 1 Blitar dengan nilai 54,30, dan peringkat ketiga Zakky Imawan dari SMAN 1 Pandaan dengan nilai 54,30.

Dan untuk program Bahasa, peringkat pertama diraih Wahyu Nilansari dari SMAN 3 Sidoarjo dengan nilai 53,55; kedua Lailatun Nasihah dari SMA Wachid Hasyim 2 Sidoarjo dengan nilai 53,10, dan peringkat ketiga Uminadirotun Navisa dari SMAN 1 Manyar dengan nilai 52,95.

Unas SMA/MA (baik untuk program IPA, IPS maupun Bahasa) terdiri dari 6 mata pelajaran. Dengan begitu, untuk mengetahui berapa nilai rata-rata yang diraih para siswa/siswi tersebut di atas, tinggal dibagi enam.
Surabaya baru `berbicara` untuk siswa yang meraih nilai tertinggi pada Unas SMK. Dinda Zahidah dari SMK Farmasi Surabaya yang memperoleh nilai Unas 38,34, berhasil menempati peringkat pertama. Menyusul Latith Muhammad dari SMKN 1 Pungging dengan nilai 38,33, dan Mentari Januar Lisyadi dari SMK Farmasi Sekesal Surabaya dengan nilai 38,11.

Bagaimana dengan pengumuman hasil Unas di SMAN 2 Ngawi dan SMAN 1 Wungu Madiun?
Suwanto mengatakan, khusus di dua sekolah tersebut, pengumuman Unas ada pengecualian. Karena pada 10–15 Juni, siswa SMAN 2 Ngawi dan SMAN 1 Wungu Madiun harus mengikuti ujian ulang, setelah Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menyatakan di dua sekolah tersebut terjadi pelanggaran serius dalam pelaksanaan Unas, sehingga jawaban semua siswa sama. “Meski demikian, kita minta dalam waktu yang tidak lama hasil ujiannya harus sudah diumumkan,” imbuhnya.

Menanggapi jebloknya hasil Unas siswa SMA/MA/SMK di Jatim, Ketua Komisi E (Bidang Pendidikan) DPRD Jatim Saleh Ismail Mukadar langsung menudingnya sebagai akibat Kepala Dinas Pendidikan Jatim yang lama, yakni Rasiyo, lebih asyik mengurusi masalah politik praktis terkait pemilihan gubernur (pilgub) lalu. Selama pilgub, Rasiyo dikenal sebagai pendukung kuat pasangan Soekarwo dan Saifullah Yusuf. “Makanya, kasus jebloknya hasil Unas ini harus dijadikan pelajaran,” sergah Saleh.

Sebagai bentuk tanggungjawab, politisi PDIP ini mendesak Rasiyo yang saat ini menjadi Sekretaris Provinsi (Sekpoov) Jatim, untuk mundur dari jabatannya. Alasannya, meski sekarang Rasiyo adalah Sekprov, tapi proses hingga pelaksanaan Unas terjadi pada masa dia masih menjadi Kepala Dindik.

“Pak Wanto (Suwanto, Red) yang kepala dinas sekarang kan hanya ketiban sampur saja. Makanya kalau gentle (ksatria), dia (Rasiyo, Red) harus berani mundur,” tandas Saleh yang juga Ketua DPC PDIP Surabaya ini.
Sementara itu, Kepala Bidang Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Surabaya Ruddy Winarko mengatakan, pengumuman hasil Unas SMA/MA/SMK kepada para siswa di Surabaya akan dilaksanakan Minggu (14/6) hari ini atau sehari lebih cepat dibanding arahan dari Dinas Pendidikan Jatim.

“Setelah mendapat soft copy hasil Unas, kami nanti malam akan lembur mengecek dan memverifikasinya dengan hasil UAS. Sehingga Minggu besok (hari ini, red), nilai asilnya dapat segera diumumkan ke siswa,” jelasnya. rkm/pend

Tidak ada komentar:

Posting Komentar